Industri minuman ringan Indonesia tumbuh dengan pesat dalam beberapa waktu terakhir. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya jenis produk minuman non alcoholic tersebut yang ditemukan di pasaran.
Minuman ringan pada dasarnya diklasifikasikan menjadi 6 jenis, yakni minuman sari buah, berkarbonasi, Air Minum Dalam Kemasan (AMDK), teh siap saji, kopi dan susu siap saji, serta minuman isotonik/energi. Menurut Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Minuman Ringan (ASRIM), Suroso Natakusuma, peluang pengembangan industri minuman ringan masih terbuka. “Hal ini dikarenakan masih rendahnya konsumsi minuman ringan di Indonesia,” kata Suroso. Ia menambahkan bahwa, konsumsi minuman berkarbonasi di Indonesia masih 33 liter perkapita pertahun dan AMDK 53 liter perkapita, sedangkan konsumsi minuman ringan lainnya lebih rendah lagi. Padahal, di Thailand, konsumsi minuman ringan sudah mencapai 89 liter perkapita, Filipina 122 liter perkapita, dan Singapura 141 liter perkapita. “Tahun 2015, kita menargetkan konsumsi rata-rata minuman ringan dapat mencapai 88 liter perkapita,” kata Suroso. Tren pertumbuhan minuman ringan siap saji dapat dilihat pada Gambar 1.
Visi industri minuman ringan Indonesia pada 2030 adalah bisa berperan penting di kancah regional. Sedangkan sasaran strategis pada 2015 ini adalah produk industri minuman ringan menjadi tuan rumah di negeri sendiri, dengan meningkatkan daya saing produk, teruma dalam kaitannya menghadapi FTA (Free Trade Agreement).
Menurut Suroso, untuk mencapai hal tersebut tidaklah mudah. Membaiknya kondisi ekonomi makro belum memberikan insentif bagi pemulihan industri minuman ringan. Naiknya biaya-biaya dan berbagai kendala menghantui percepatan pertumbuhan industri tersebut. Faktor-faktor yang menjadi tantangan dalam perkembangan industri minuman antara lain, kondisi iklim usaha yang belum mendukung, seperti penyelundupan, kepastian hukum, ekonomi biaya tinggi, sistem perpajakan, dan sistem kepabeanan; persaingan global yang makin ketat; integrasi dan regionalisasi ekonomi global yang mempengaruhi tatanan ekonomi dunia; dan gerak perdagangan dunia yang makin dinamis dan cepat.
Tantangan lain yang harus dihadapi adalah semakin tingginya kesadaran terhadap isu lingkungan. Konsumen semakin menuntut industri untuk turut menjaga kelestarian lingkungan. Oleh sebab itu, kini sejumlah pabrik minuman ringan telah melengkapi dirinya dengan sertifikat ISO 14001, sebagai bukti telah menerapkan sistem manajemen lingkungan, baik pengelolaan lingkungan fisik, maupun lingkungan sosial dan budaya yang berstandar internasional.
Potensi minuman sari buah
Salah satu jenis minuman ringan yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah minuman sari buah. Ketua Asosiasi Pengolah Sari Buah Indonesia (APSARI), Farchad Poeradisastra, mengungkapkan bahwa sebagai negara agraris di khatulistiwa, negeri ini kaya akan buah-buahan tropis yang mempunyai nilai jual di pasar global. Buah-buahan Indonesia yang mempunyai nilai ekonomis dan ekspor tinggi dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.
Namun demikian, Farchad menambahkan, bahwa masih banyak kendala yang harus dihadapi dalam pengembangan sari buah di Indonesia, baik untuk industri besar maupun industri kecil. Untuk industri besar, kendala yang dihadapi meliputi peralatan yang kapasitasnya cukup besar, sehingga tidak memungkinkan untuk produksi skala kecil. Sementara itu, suplai buah tidak memungkinkan untuk outsourcing karena tidak ada lahan petani yang cukup besar. “Serta adanya perubahan iklim global yang menyebabkan produktivitas menurun, ketersediaan buah menjadi rendah sekali,” ujar Farchad.
Sedangkan untuk industri kecil, kendala yang dihadapi di antaranya tidak tersedianya peralatan berteknologi tinggi skala kecil; bervariasinya mutu buah (kematangan, ukuran, dan sebagainya); produktivitas rendah; sarana transportasi tidak memadai; tidak tersedianya rantai dingin; serta belum adanya mitra yang bisa mendorong usaha kecil. “Kendala-kendala tersebut harus diatasi pemerintah dan dunia usaha secara terpadu, misalnya dengan program pemetaan potensi buah nasional, peningkatan sarana dan prasarana, program kemitraan, dan lain-lain,” tambah Farchad.